Tony Rosyid: Membaca Strategi Koalisi Perubahan

Tony Rosyid: Membaca Strategi Koalisi Perubahan

JAKARTA - Nasdem adalah partai yang pertama kali deklarasikan Anies. Tepatnya tanggal 3 Oktober 2022. Jelang akhir jabatannya sebagai Gubernur DKI, Anies diumumkan secara resmi oleh Nasdem sebagai calon presiden.

Meski Nasdem bagian dari koalisi pemerintahan 2014-2024, partai besutan Surya Paloh ini berani ambil keputusan yang menantang risiko. Publik melihat penguasa tidak berpihak, bahkan cenderung menentang pencalonan Anies. Banyak fakta yang bisa membantu menjelaskan upaya penjegalan terhadap ini. Tapi, Nasdem sebagai bagian dari koalisi pemerintah justru capreskan Anies.

Dengan mendeklarasikan Anies, Nasdem harus bersitegang dengan istana, bahkan dengan sejumlah partai koalisinya di pemerintahan. Ancaman resuffle terhadap tiga menteri Nasdem  terus digaungkan oleh sejumlah koalisi istana. Bahkan sejak deklarasi, ada pihak-pihak yang terus gembosi Nasdem. Nasdem pun ikutan dituduh kadrun, dan semacamnya. Meski begitu, Nasdem nampaknya tidak goyah. Tetap istiqamah kawal Anies untuk tetap maju berkontestasi di pilpres 2024.

Bukan Nasdem kalau tidak berani membuat terobosan dalam politik. Tentu dengan kalkulasi terukur, seperti ketika Nasdem mendukung Jokowi dua periode (2014 dan 2019) dan Ridawan Kamil di pilgub Jawa Barat 2018. 

Meski sendirian, keputusan Surya Paloh mengusung Anies terus mendapat sambutan eforia dari para pendukung Anies di berbagai daerah. Dimana ada Anies, di situ massa membludak. Nasdem konsisten mengawal kampanye Anies. Ini membuktikan totalitas kerja politiknya. 

Setelah hampir 4 bulan Nasdem sendirian menemani Anies, kini dua anggota partai Koalisi Perubahan yang lain telah menyatakan dukungannya secara resmi. Demokrat mengumumkannya tanggal 26 Januari 2023, disusul PKS tanggal 30 Januari 2023. Dengan tiga partai ini, Koalisi Perubahan telah melengkapi syaratnya untuk mencapreskan Anies. 

Dengan tiga partai telah resmi dalam Koalisi Perubahan, kini koalisi pengusung Anies ini nampaknya semakin percaya diri dalam bergerak, bahkan bermanuver. Beberapa waktu lalu, Surya Paloh datangi Airlangga, minta Golkar ikut gabung. Asumsinya, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) akan bubar karena gak punya capres. 

Sebelumnya, Ahmad Ali, waketum Nasdem sambangi Gerindra dan PKB. Diprediksi koalisi Gerindra-PKB sulit diwujudkan karena kebutuhan obyektif kedua partai ini berbeda dan tidak ada titik temu.

Situasi inilah yang dimanfaatkan Surya Paloh dan Ahmad Ali untuk menarik kedua koalisi yang belum jelas itu untuk bergabung ke Koalisi Perubahan. Bahkan Surya Paloh sempat menyinggung PDIP. Seolah Surya Paloh ingin sampaikan jika PDIP ikut gabung juga ke Koalisi Perubahan, ini akan lebih menarik lagi. Jika tidak pun, komunikasi politik mesti tetap dilakukan dalam alam demokrasi yang tenang tanpa kegaduhan, apalagi permusuhan.

Manuver yang dilakukan oleh Surya Paloh, dan kemungkinan nanti oleh pimpinan PKS dan Demokrat, ini semua menunjukkan kepercayaan diri Koalisi Perubahan untuk menatap kemenangan Pilpres 2024.

Jakarta, 5 Pebruari 2023

Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

jakarta
Achmad Sarjono

Achmad Sarjono

Artikel Sebelumnya

Ekspedi Nusa Manggala: Kisah 8 Pulau Terluar

Artikel Berikutnya

Hendri Kampai: Macan Versus Banteng di Antara...

Berita terkait