Kontroversi Jurnal Berbayar di Scopus: Antara Komersial dan Predatory

Kontroversi Jurnal Berbayar di Scopus: Antara Komersial dan Predatory
CREDIT: Illustration by David Parkins, courtesy of Nature

Pendidikan-Masalah jurnal Scopus berbayar yang kemudian masuk dalam daftar discontinue di Scopus sering disebut sebagai "Predatory Journal". 

Ada dua kubu dengan argumentasi yang sama kuatnya. Kubu pertama berargumen bahwa jika sebuah jurnal mengharuskan pembaca membayar untuk mengaksesnya, maka seharusnya jurnal tersebut tidak mengenakan biaya publikasi kepada penulis. Alasannya adalah jurnal tersebut telah mengkomersialkan publikasi yang diterbitkan, sehingga biaya operasional dan honor untuk reviewer dapat diperoleh dari pendapatan berlangganan. Mereka berpendapat bahwa penulis seharusnya dibebaskan dari biaya karena karya ilmiah mereka menjadi produk yang dijual oleh jurnal tersebut.

Kubu kedua berpendapat bahwa jika jurnal diakses gratis oleh pembaca, yang sering dikenal dengan Open Journal System (OJS), maka wajar jika jurnal tersebut meminta biaya publikasi kepada penulis sebagai sumber pendapatan untuk membiayai operasional pengelolaan jurnal. Mereka juga menganggap bahwa biaya operasional OJS, honor untuk reviewer, dan biaya tim editor cukup besar, sehingga wajar untuk membebankan biaya kepada penulis jurnal yang ingin publikasi.

Dari sifatnya, terdapat tiga jenis jurnal akademik:
1. Jurnal Komersial, di mana pembaca harus berlangganan untuk mengakses. Para penulis dibebaskan dari biaya publikasi ilmiahnya. Jurnal ini cenderung menerapkan standar mutu yang tinggi melalui proses review berjenjang dan memiliki waktu penerbitan yang lama.

2. Jurnal bebas akses (Open Access), yang mengenakan biaya publikasi kepada penulis, namun tidak terlalu besar, untuk membiayai operasional dan reviewer. Jurnal jenis ini juga melaksanakan proses review kualitas pada paper yang akan diterbitkan dan memerlukan waktu yang cukup lama.

3. Jurnal bebas akses (Open Access) yang mengenakan biaya publikasi kepada penulis, di mana penulis diminta di awal apakah mereka sanggup membayar biaya publikasi yang ditetapkan yang nilai lumayan besar. Jika bersedia, paper ilmiah yang dikirim bisa terbit dalam hitungan hari tanpa melalui proses review. Jenis jurnal ini disebut sebagai predatory journal.

Masalah saat ini adalah dengan jurnal jenis ketiga, yaitu predatory journal, yang hanya berorientasi pada keuntungan dari para penulis tanpa memberikan kontribusi substansial lainnya, selain menyediakan sistem OJS yang terindeks Scopus. Penerima hibah penelitian yang terdesak waktu sering kali menggunakan jurnal jenis ini karena membutuhkan proses publikasi yang cepat. Fenomena ini terjadi karena jangka waktu antara penyelesaian penelitian dan tenggat waktu publikasi yang sangat pendek, sehingga membuat para peneliti sulit mengirimkan karya mereka ke jurnal jenis pertama.

Seharusnya, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi memiliki daftar jurnal yang direkomendasikan sebagai sarana publikasi untuk hibah penelitian yang diterima oleh dosen. Jika publikasi dilakukan di luar daftar tersebut, maka dianggap bahwa mereka tidak menyelesaikan penelitiannya dan harus mengembalikan seluruh dana kepada negara. Hal ini juga berlaku untuk publikasi Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi terus  memperbarui daftar jurnal ini setiap awal tahun sebagai acuan bagi para peneliti.

Perguruan tinggi yang menyelenggarakan program Doktoral sebaiknya menerapkan kebijakan serupa, namun harus siap menunjuk promotor ketika mahasiswa memasuki semester kedua. Langkah ini memastikan bahwa mahasiswa memiliki waktu yang cukup untuk menyelesaikan penelitian yang diperlukan sebagai syarat kelulusan mereka di jurnal jenis pertama. 

Jika promotor baru ditunjuk pada semester keempat, kelima, atau bahkan keenam, mahasiswa akan kesulitan menyelesaikan paper ilmiah yang diharapkan karena mereka juga harus fokus pada penulisan disertasi dan menghadapi tenggat waktu yang semakin mendekat. 

Selain itu, kampus juga harus memiliki daftar resmi jurnal yang boleh dikirimkan oleh mahasiswa sebagai syarat publikasi. Saat ini, banyak kampus yang hanya menerapkan syarat publikasi tanpa menyediakan daftar jurnal yang dapat dipilih oleh mahasiswa, sehingga mereka terdorong memilih jurnal predatory karena tekanan. Dalam situasi ini, kampus dapat dipersalahkan karena tidak menyediakan daftar jurnal publikasi berkualitas yang dapat diterima.

hidayatullah ojs scopus predatory
Dr. Hidayatullah

Dr. Hidayatullah

Artikel Sebelumnya

TV Parlemen Live Streaming

Artikel Berikutnya

Jadi Buronan di Negaranya, Seorang WN Tiongkok...

Berita terkait