Hubungan antara status ekonomi orang tua dan kecerdasan anak telah menjadi subjek penelitian dan perdebatan luas dalam bidang psikologi perkembangan. Beberapa studi telah meneliti berbagai faktor yang berkontribusi pada perkembangan kognitif dan prestasi akademis anak, dengan fokus khusus pada peran lingkungan rumah dan keterlibatan orang tua.
Satu studi komprehensif meneliti efek independen dari kecerdasan, sekolah, dan pendidikan orang tua terhadap perkembangan pemikiran ilmiah pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini menyoroti peran penting yang dimainkan oleh faktor genetik dan lingkungan dalam membentuk kapasitas intelektual anak. Demikian pula, tinjauan sistematis terhadap literatur tentang korelasi antara lingkungan rumah dan pembelajaran di sekolah menemukan bahwa ukuran stimulasi intelektual orang tua-anak di rumah memiliki hubungan yang lebih kuat dengan kemampuan dan prestasi siswa dibandingkan dengan status sosioekonomi semata.
Salah satu faktor kunci yang secara konsisten diidentifikasi adalah status sosial ekonomi (SES) keluarga. Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dari rumah tangga berpendapatan tinggi cenderung memiliki prestasi akademis yang lebih baik dan menunjukkan tingkat kemampuan intelektual yang lebih tinggi dibandingkan dengan rekan-rekan mereka dari latar belakang berpendapatan rendah. Perbedaan ini telah dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk akses ke sumber daya pendidikan, keterlibatan dan partisipasi orang tua, serta rangsangan intelektual yang disediakan di lingkungan rumah (Marjoribanks, 1971).
Lebih jauh lagi, tinjauan literatur tentang pengaruh usia orang tua terhadap karakteristik keturunan mengungkapkan bahwa anak-anak dari orang tua yang lebih tua cenderung memiliki kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang lahir dari orang tua yang lebih muda, meskipun terdapat juga beberapa temuan negatif yang terkait dengan usia orang tua yang lanjut (Liu et al., 2011). Persepsi awal tentang kemampuan intelektual anak juga ditemukan sangat memprediksi hasil akademis dan kognitif mereka di kemudian hari, bahkan setelah mengendalikan faktor-faktor seperti daya tarik fisik, pendidikan orang tua, dan status sosioekonomi (Dunkel & Murphy, 2014).
Baca juga:
Satgas PPKS UNP Gelar Capacity Building
|
Lingkungan belajar di rumah telah diidentifikasi sebagai penentu kritis perkembangan kognitif anak. Studi telah menemukan bahwa anak-anak yang terpapar pada aktivitas yang lebih merangsang secara intelektual, seperti membaca, bermain permainan edukatif, dan berpartisipasi dalam program pengayaan, cenderung memiliki prestasi akademis dan kemampuan kognitif yang lebih tinggi. Sebaliknya, anak-anak dari latar belakang yang kurang beruntung mungkin kurang memiliki akses ke jenis sumber daya dan pengalaman ini, yang dapat berkontribusi pada peningkatan kesenjangan prestasi akademis antara siswa yang beruntung dan yang kurang beruntung (Thomson, 2018).
Keterlibatan dan partisipasi orang tua juga telah terbukti memainkan peran signifikan dalam perkembangan intelektual anak. Orang tua dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang lebih tinggi lebih mungkin menginvestasikan waktu dan sumber daya dalam perkembangan kognitif dan psikologis anak mereka, yang dapat mengarah pada hasil akademis yang lebih baik (Reardon, 2011). Hal ini dapat menciptakan umpan balik di mana anak-anak dari keluarga kaya lebih mungkin untuk berhasil di sekolah dan akhirnya menjadi orang dewasa dengan penghasilan tinggi, memperpetuasi siklus ketidaksetaraan ekonomi (Reardon, 2011).
Namun, penting untuk dicatat bahwa hubungan antara status ekonomi orang tua dan kecerdasan anak adalah kompleks dan multifaset. Meskipun status sosial ekonomi adalah faktor yang signifikan, variabel lain, seperti predisposisi genetik dan kualitas sistem pendidikan, juga berkontribusi pada kemampuan kognitif anak (Thomson, 2018).
Kesimpulannya, penelitian yang ada menunjukkan bahwa status ekonomi orang tua adalah prediktor yang signifikan terhadap perkembangan intelektual dan prestasi akademis anak. Lingkungan rumah, keterlibatan orang tua, dan akses ke sumber daya pendidikan tampaknya menjadi mekanisme kunci melalui mana status sosial ekonomi mempengaruhi kemampuan kognitif anak.